Luas Bangun Hasil Transformasi

Published November 21, 2013 by utamiree310
  1. Bukalah aplikasi Geogebra
  2. Dengan menggunakan ikon New Point buatlah 3 titik yang membentuk sebuah segitiga dengan titik A (2,1) , B (10,1) dan C (5,7). Kemudian hubungkan ketiga titik tersebut menggunakan ikon Polygon. Pada dependent objects terdapat panjang tiap sisi segitiga dan luas bangun segitiga

TU 1

 

3. Klik  menu view dan pilih spreadsheet. Masukkan persamaan matriks .

TU Mtrxs

Blok persamaan matriks tersebut kemudian klik kanan pilih create dan pilih matrix.

TU 2

4. Pada baris selanjutnya pada tabel spreadsheet, ubahlah ketiga titik segitiga tersebut menjadi sebuah persamaan matriks  tu mtriks 3 kotaklakukan dengan cara yang sama seperti langkah nomer 3.

5. Pada  input ketik : matrix1*matrix2 lalu ENTER.

TU 3

Pada dependent objects diperoleh peta (bayangan) dari segitiga yang ditransformasikan matriks TU MtrxsTU 4 hasil mtriks TU4

6. Pada  input ketik : Determinant[matrix1] lalu ENTER.

TU 5Pada dependent objects terdapat hasil determinannya yang disimbolkan dengan huruf d.

TU 6

7. Selanjunya pada  input ketik : d*poly1

tu 78. Maka didaptlah luas bangun hasil transformasi yaitu 168 satuan luas

TU 8

Aplikasi Geogebra dalam Pembelajaran ICT

Published September 27, 2013 by utamiree310

Fungsi penggunaan Geogebra,yaitu :
a. sebagai media pembelajaran matematika
b. alat bantu untuk membuat bahan ajar matematika
c. alat bantu untuk menyelesaikan soal atau pemecahan masalah matematika dengan menggunakan ICT

Cara menggunakan aplikasi Geogebra :

I. Buka aplikasi Geozebra.
Untuk membuat gradient y = mx + c,

klik kolom input pada bagian bawah aplikasi Geogebra.
Pilih & Ketik salah satu fungsi di bawah ini :

a. y = 0.5x + 1
b. y = 0.7x + 1
c. y = x + 1
d. y = 2x +1
e. y = 3x + 1

lalu klik ENTER

II. Untuk membuat grafik trigonometri,

klik file, kemudian pilih new windows
Kemudian klik kembali pada kolom input salah satu fungsi trigonometri di bawah ini:

a. F(x) = sin (x)
b. F(x) = cos (x)
c. F(x) = tan (x)

lalu klik ENTER

III. Untuk membuat integral

f(x) = x+1

Caranya klik file pilih new window
Kemudian klik kembali pada kolom input pada bagian bawah aplikasi Geogebra.
Ketik :
a. f(x) = x+1 lalu enter

b. pada kolom input ketik integral, pilih & klik baris ke-dua
Integral[ , , ]
input data menjadi :
integral[f,2,3]

c. lalu di-ENTER

Model PAKEM ( Partisipasi, Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan )

Published September 26, 2013 by utamiree310

A. Pendahuluan

PAKEM berasal dari konsep bahwa pembelajaran harus berpusat pada anak ( student-centre learning) dan pembelajaran harus bersifat menyenangkan (learning is fun), agar mereka termotivasi untuk erus belajar sendiri tanpa diperintah dan agar mereka tidak merasa terbebani atau takut. ( Rusman, 2010:321). Untuk itu, maka aspek learning is fun menjadi salah satu aspek dalam pembelajaran PAKEM, disamping upaya untuk erus memotivasi anak agar mereka mengadakan eksplorasi, kreatif, dan bereksperimen terus dalam pembelajaran.
Di samping itu, PAKEM adalah penerjemahan dari pilar pendidikan yang di canangkan oleh UNESCO:
1. Learning to know, yaitu mempelajari ilmu pengetahuan berupa aspek kognitif dalam pembelajaran
2. Learning to do, yaitu belajar melakukan yang merupakan aspek pengalaman dan pelaksanaannya.
3. Learning to be, yaitu belajar menjadi diri sendiri berupa aspek kepribadian dan kesesuaian dengan diri anak ( ini juga sesuai dengan konsep “ multiple intelligent” dari Howard Gardner, dan
4. learning to life together, yaitu belajar hidup dalam kebersamaan yang merupakan aspek kesosialan anak, bagaimana bersosialisasi, dan bagaimana hidup toleransi dalam keberagamaan yang ada disekeliling siswa.

Tujuan PAKEM ini adalah terdapstnya perubahan paradigm di bidang pendidikan, seperti yang dicanangkan oleh Depdiknas, bahwa pendidikan di Indonesia saat ini sudah harus beranjak dari:
(1) schooling menjadi learning,
(2) instructive menjadi facilitative,
(3) government role menjadi community role, dan
(4) centralistic menjadi decentralitic.

Dengan demikian, perubahan paradigm pendidikan saat ini berarti bukan hanya menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan formal seperti sekolah, tapi sudah menjadi tanggung jawab semua pihak. Hal ini juga senada dengan konsep tripusat yang diciptakan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu:
(1) pendidikan di lembaga pendidikan (formal),
(2) pendidikan dilembaga masyarakat (nonformal), dan
(3) pendidikan di keluarga (informal).

Perubahan paradigm juga harus terjadi bahwa pada kondisi sekarang ini, peran guru harus menjadi seorang fasilitator yang dapat membantu siswanya dalam belajar dan bukan sebaliknya hanya sebagai pemberi informasi; belajar bukan hanya sekedar menyampaikan materi saja tanpa mengetahui apakah materi yang disampaikan itu sudah bias dipahami oleh siswa atau belum. Perubahan paradigm juga berkenaan dengan pengambilan keputusan.

B. Pengertian PAKEM

PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, (Rusman, 2010:322). Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM, diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Pembelajaran merupakan implementasi kurikulum di sekolah dari dari kurikulum yang sudah dirancang dan menuntut aktivitas dan kreativitas guru dan siswa sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan secara efektif dan menyenangkan. Ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Brooks (Rusman, 2010;323), yaitu “ pembaruan dalam harus dimulai dari bagaimana anak belajar, dan bagaimana guru mengajar, bukan dari ketentuan hasil.”

Guru harus mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika siswa belum dapat membentuk kompetensi dasar dan standar kompetensi berdasarkan interaksi yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan supaya kompetensi dasar dan standar kompetensi yang telah di rancang dapat tercapai. Guru juga harus ditutut agar melakukan inovasi dalam segala hal yang berkaitan dengan kompetensi yang disandangnya seperti inovasi dalam pembelajaran.

Untuk itu guru juga dituntut harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai jenis-jenis belajar ( multimetode dan multimedia) dan suasana belajar yang kondusif, baik eksternal maupun internal. Dalam model PAKEM menurut (Rusman, 2010;323); guru dituntut untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat ,elibatkan siswa melalui partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa dapat menciptakan membuat karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya dan usahanya sendiri, bukan dari gurunya.

1. Pembelajaran Partisipatif

Pembelajaran partisipatif yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran secara optimal. Pembe pembelajaranlajaran ini menitikberatkan pada keterlibatan siswa pada kegiatan ( childcentre/student centre) bukan pada dominasi guru dalamn materi pelajaran (teacher centre). Jadi pembelajaran akan lebih bermakna bila siswa diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kegiatan pembelajaran, sementara guru berperan sebagai fasilitator dan mediator sehingga siswa mampu berperan dan berpartisipasi aktif dalam mengaktualisasikan kemampuannya di dalam dan di luar kelas.

2. Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas siswa dalam mengases berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya.
Dalam pembelajaran aktif, guru lebih banyak memosisikan dirinya sebagai fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar (to facilitate of kearning) kepada siswa. Dalam kegiatan ini siswa terlibat secara aktif dan berperan dalam proses pembelajaran, sedamngkan guru lebih banyak memberikan arahan dan bimbingan, serta mengatur sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran.

3. Pembelajaran Kreatif

Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas siswa selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain peran, dan pemecahan masalah.
Pembelajaran kreaktif menuntut guru untuk merangsang kreativitas siswa, baik dalam mengembangkan kecakapan berpikir maupun dalam melakuakan suatu tindakan. Berpikir kreatif selalu dimulai dengan berpikir kritis, yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu.
Berpikir kritis harus dikembangkan dalam proses pembelajaran agar siswa terbiasa mengembangkan kreativitasnya. Pada umumnya, berpikir kreatif memiliki empat tahapan sebagi berikut ( Mulyasa, 2006: 192), yaitu:

a. Tahapan pertama; persiapan, yaitu proses pengumpulan informasi untuk diuji.
b. Tahap kedua; inkubasi, yaitu suatu rentang waktu untuk merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai diperoleh keyakinan bahwa hipotesis tersebut rasional.
c. Tahap ketiga; iluminasi, yaitu suatu kondisi untuk menemukan keyakinan bahwa hipotesis tersebut benar, tepat dan rasional
d. Tahap keempat; verifkasi, yaitu pengujian kembali hipotesis untuk dijadikan sebuah rekomendasi, konsep, atau teori.
Siswa dikatakan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu yang menghasilkan sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir kreatif dengan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya baru.

4. Pembelajaran Efektif

Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru kepada siswa membentuk kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan serta mendidik mereka dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Seluruh siswa harus dilibatkan secara penuh agar bergairah dalam pembelajaran, sehingga suasana pembelajaran betul-betul kondusif dan terarah pada tujuan dan pembentukan kompetensi siswa.

Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan siswa secara aktif, karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Siswa harus didorong untuk menafsirkan informasi yang di sajikan oleh guru sampai informasi tersebut dapat diterima oleh akal sehat. Dalam pelaksanaannya perlu proses penukaran pikiran, diskusi, dan perdebatan dalam rangka pencapaian pemahaman yang sama terhadap materi standar yang harus dikuasai siswa.

Pembelajaran efektif perlu didukung oleh suasana dan lingkungan belajar yang memadai/kondusif. Oleh karena itu guru harus mampu mengelola siswa, mengelola kegiatan pembelajaran, mengelola isi/materi pembelajaran, dan mengelola sumber-sumber belajar. Menciptakan kelas yang efektif dengan peningkatan efektivitas proses pembelajaran tidak bisa dilakukan secara parsial,melainkan harus menyeluruh mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Proses pelaksanaan pembelajaran efektif dilakukan melalui prosedur sebagai berikut:

(1) melakukan appersepsi ,
(2) melakukan eksplorasi, yaitu memperkenalkan materi pokok dan kompetensi dasar yang akan dicapai, serta menggunakan varuiasi metode,
(3) melakukan konsolidasi pembelajaran, yaitu mengaktifkan siswa dalam pembentukan kompetensi siswa dan mengaitkannya dengan kehidupan siswa,
(4) melakukan penilaian, yaitu mengumpulkan fakta-fakta dan data/dokumen belajar siswa yang valid untuk melakukan perbaikan program pembelajaran.

Untuk melakukan pembelajaran yang efektif , guru harus memerhatikan beberapa hal, sebagai berikut:
(1) pengelolaan tempat belajar,
(2) pengelolaan siswa,
(3) pengelolaan kegiatan pembelajaran,
(4) pengelolaan konten/materi pelajaran, dan
(5) pengelolaan media dan sumber belajar.

5. Pembelajaran Menyenangkan

Pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan ( not under pressure) ( Mulyasa, 2006:194). Dengan kata lain, pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Guru memosisikan diri sebagai mitra belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari siswanya. Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis dan tidak ada beban, baik guru maupun siswa dalam melakukan proses pembelajaran.

Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, guru harus mampu merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan siswa secara optimal.
Ada empat aspek yang memengaruhi model PAKEM, yaitu pengalaman, komunikasi, interaksi, dan refkeksi. Apabila dalam suatu pembelajaran terdapat empat aspek tesebut, maka pembelajaran PAKEM terpenuhi.

a. Pengalaman

Aspek pengalaman ini siswa di ajarkan dapat belajar mandiri. Di dalamnya terdapat banyak cara untuk penerapannya antara lain seperti eksperimen, pengamatan, penyelidikan , dan wawancara. Aspek pengalaman ini siswa belajar banyak melalui berbuat dan dengan melalui pengalaman langsung.

b. Komunikasi

Aspek komunikasi ini dapat dilakukan dengan beberapa bentuk, mengemukakan pendapat, peresentasi laporan, dan memajangkan hasil kerja. Kegiatan ini siswa dapat mengungkapakan gagasan, dapat mengkonsolidasi pikirannya, mengeluarkan gagasannya, memancing gagasan orang lain, dan membuat bangunan makna mereka dapat diketahui oleh guru.

c. Interaksi

Aspek interaksi ini dapat dilakukan dengan cara interaksi, Tanya jawab, dan saling melempar pertanyaan. Dengan hal-hal seperti itulah kesalahan makna yang diperbuat oleh siswa-siswa berpeluang untuk terkorelasi dan makna yang terbangun semakin mantap, sehingga dapat menyebabkan hasil belajar meningkat.

d. Refleksi

Aspek ini yang dilakukan adalah memikirkan kembali apa yang telah diperbuat/dipikirkan oleh siswa selama mereka belajar. Hal ini dilakukan supaya terdapatnya perbaikan gagasan/makna yangbtelah dikeluarkan oleh siswa dan agar mereka tidak mengulangi kesalahan. Di sini siswa diharapkan juga dapat menciptakan gagasan-gagasan baru.

Dari hasil uraian model PAKEM khususnya guru, diharapkan dapat menghasilkan pembelajaran yang berkualitas/bermutu dan menghasilkan perubahan yang signifikan, seperti dalam peran guru di kelas, perlakuan terhadap siswa, pertanyaan, latihan, interaksi, pengelolaan kelas serta menjadikan guru menjadi inovatif.
Model-model pembelajaran yang mendukung pembelajaran PAKEM menurut Udin S.Saud ( Rusman, 2010:329) antara lain:
1. Pembelajaran kuantum
2. Pembelajaran berbasis kompetensi
3. Pembelajaran kontekstual

Profesionalisme Guru

Published September 26, 2013 by utamiree310

Istilah profesionalisme guru tentu bukan sesuatu yang asing dalam dunia pendidikan. Secara sederhana, profesional berasal dari kata profesi yang berarti jabatan. Orang yang profesional adalah orang yang mampu melaksanakan tugas jabatannya secara mumpuni, baik secara konseptual maupun aplikatif. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kemampuan mumpuni dalam melaksanakan tugas jabatan guru.

Bila ditinjau secara lebih dalam, terdapat beberapa karakteristik profesionalisme guru. Rebore (1991) mengemukakan enam karakteristik profesionalisme guru, yaitu:
1. pemahaman dan penerimaan dalam melaksanakan tugas,
2. kemauan melakukan kerja sama secara efektif dengan siswa, guru, orang tua siswa, dan masyarakat,
3. kemampuan mengembangkan visi dan pertumbuhan jabatan secara terus menerus,
4. mengutamakan pelayanan dalam tugas,
5. mengarahkan, menekan dan menumbuhkan pola perilaku siswa, serta
6. melaksanakan kode etik jabatan.

Sementara itu, Glickman (1981) memberikan ciri profesionalisme guru dari dua sisi, yaitu kemampuan berpikir abstrak (abstraction) dan komitmen (commitment). Guru yang profesional memiliki tingkat berpikir abstrak yang tinggi, yaitu mampu merumuskan konsep, menangkap, mengidentifikasi, dan memecahkan berbagai macam persoalan yang dihadapi dalam tugas, dan juga memiliki komitmen yang tinggi dalam melaksanakan tugas. Komitmen adalah kemauan kuat untuk melaksanakan tugas yang didasari dengan rasa penuh tanggung jawab.

Lebih lanjut, Welker (1992) mengemukakan bahwa profesionalisme guru dapat dicapai bila guru ahli (expert) dalam melaksanakan tugas, dan selalu mengembangkan diri (growth). Glatthorm (1990) mengemukakan bahwa dalam melihat profesionalisme guru, disamping kemampuan dalam melaksanakan tugas, juga perlu mempertimbangkan aspek komitmen dan tanggung jawab (responsibility), serta kemandirian (autonomy)..
Membicarakan tentang profesionalisme guru, tentu tidak bisa dilepaskan dari kegiatan pengembangan profesi guru itu sendiri. Secara garis besarnya, kegiatan pengembangan profesi guru dapat dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu:
1. pengembangan intensif (intensive development),
2. pengembangan kooperatif (cooperative development), dan
3. pengembangan mandiri (self directed development)

Pengembangan intensif (intensive development) adalah bentuk pengembangan yang dilakukan pimpinan terhadap guru yang dilakukan secara intensif berdasarkan kebutuhan guru. Model ini biasanya dilakukan melalui langkah-langkah yang sistematis, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi dan pertemuan balikan atau refleksi. Teknik pengembangan yang digunakan antara lain melalui pelatihan, penataran, kursus, loka karya, dan sejenisnya.

Pengembangan kooperatif (cooperative development) adalah suatu bentuk pengembangan guru yang dilakukan melalui kerja sama dengan teman sejawat dalam suatu tim yang bekerja sama secara sistematis. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru melalui pemberian masukan, saran, nasehat, atau bantuan teman sejawat. Teknik pengembangan yang digunakan bisa melalui pertemuan KKG atau MGMP/MGBK. Teknik ini disebut juga dengan istilah peer supervision atau collaborative supervision.

Pengembangan mandiri (self directed development) adalah bentuk pengembangan yang dilakukan melalui pengembangan diri sendiri. Bentuk ini memberikan otonomi secara luas kepada guru. Guru berusaha untuk merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan, dan menganalisis balikan untuk pengembangan diri sendiri. Teknik yang digunakan bisa melalui evaluasi diri (self evaluation) atau penelitian tindakan (action research).

PERGURUAN SEBAGAI SATU PROFESI

Published September 20, 2013 by utamiree310

Konsep perguruan

Menurut Kamus Dewan (1970), ‘guru’ bererti pendidik, pengajar dan pengasuh. Jika dihuraikan dengan lebih mendalam lagi, pendidik bermaksud orang yang memelihara dan melatih. Pengajar ialah seorang yang menjadi petunjuk kepada orang lain, manakala pengasuh memberi makna orang yang memelihara, menjaga dan mendidik. Manakalaperguruan ialah sesuatu yang mempunyai perkaitan dengan bidang menuntut ilmu atau tempat mendapatkan ilmu sepertisekolah, tempat belajar, pengajaran dan pembelajaran dan sebarang perkara yang mempunyai perkaitan dengan guru.

Berdasarkan pengertian yang dihuraikan di atas, dapatlah dirumuskan bahawa perguruan merupakan suatu bidang yang berkaitan dengan guru yang mengajar atau melaksanakan pengajaran di sekolah atau di institut-institut pendidikan lain untuk menyampaikan ilmu kepada anak murid atau masyarakat.

Pekerjaan yang dianggap professional.

Ciri-ciri pekerjaan yang dianggap profesional ialah:

1. Pekerjaan itu merupakan perkhidmatan yang unik dan penting.

– Sesebuah pekerjaan yang profesional mestilah merupakan pekerjaan yang unik dan penting, sama ada kepada masyarakat atau negara.

2. Banyak menggunakan keupayaan intelek.

– Memerlukan keupayaan intelek yang tinggi untuk melakukannya. Tugas guru contohnya merupakan suatu pekerjaan yang perlu ada intelek yang tinggi agar guru-guru dapat menyampaikan ilmu dengan berkesan.

3. Pakar dalam bidang pekerjaannya dan mempunyai autonomi semasa menjalankan tugas.

– Pekerjaan yang profesional juga memerlukan seorang yang pakar dalam suatu bidang tersebut dan benar-benar mahir dalam bidangnya.

4. Mendapat latihan khusus.

– Bidang kerja profesional adalah pekerjaan yang penting dan harus dilakukan dengan betul. Oleh itu, seseorang haruslah mendapat latihan ikhtisas terlebih dahulu sebelum menceburkan diri dalam bidang tersebut. Latihan ikhtisas ini membolehkan mereka mahir dan faham tanggungjawab yang harus mereka pikul semasa melaksanakan tugas mereka.

5. Mementingkan mutu perkhidmatan serta dedikasi terhadap kerja.

– Bidang profesional memerlukan seseorang pekerja yang rajin, cekap dan dedikasi terhadap kerjanya. Sikap ini akan menjamin kualiti kerana mementingkan mutu dan perkhidmatan yang cemerlang merupakan ciri penting dalam pekerjaan profesional.

6. Merupakan ahli kepada autonomi yang menentukan nilaitaranya.

– Seseorang yang terlibat dalam pekerjaan profesional mestilah menjadi ahli kepada organisasi di mana mereka bekerja. Ahli dalam organisasi itu pula terikat dengan autonomi organisasi yang akan menentukan peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh semua ahli organisasi. Peraturan-peraturan tersebut diwujudkan demi mengawal kualiti perkhidmatan.

7. Mematuhi kod etika yang ditentukan oleh organisasi profesion tersebut.

– Setiap jenis profesion mempunyai kod etika tersendiri dan berlainan dengan profesion yang lain. Namun begitu, tujuannya adalah sama, iaitu untuk membolehkan seseorang pekerja itu mematuhi garis panduan dan dasar etika yang telah ditetapkan oleh organisasi.

8. Bertanggungjawab terhadap semua keputusan yang dibuatnya.

– Pekerjaan yang profesional memerlukan pekerja yang bukan sahaja rajin dan cekap, malahan juga perlu ada tanggungjawab. Tanggungjawab tersebut bukan hanya meliputi tugas-tugas yang mesti dilaksanakannya tetapi turut merangkumi segala keputusan-keputusan yang telah dibuat. Jika seseorang itu bertanggungjawab terhadap keputusan yang dibuatnya, maka jelaslah bahawa sesuatu kerja itu mempunyai ciri-ciri pekerjaan atau profesion yang profesional.

Mengapakah taraf professional dalam bidang perguruan sering dipertikaikan?

Sesetengah masyarakat masih lagi menganggap profesion perguruan bukanlah suatu pekerjaan yang profesional. Ini kerana ramai di kalangan individu yang terbabit memikirkan bahawa profesion keguruan ini tidak ‘seglamour’ pentadbir, eksekutif firma-firma, akauntan, doktor perubatan ataupun peguam. Mereka juga seringkali menganggap kerja ini sebagai ‘pilihan terakhir’ dan ‘terpaksa’. Sebab itulah ada di kalangan mereka yang beranggapan sedemikian.

Faktor lain yang menyebabkan timbulnya sebab mereka mempertikaikannya ialah mereka menganggap pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan biasa yang boleh dilakukan oleh sesiapa sahaja. Mereka masih terpengaruh dengan keadaan lampau di mana seseorang yang telah tamat Darjah Enam boleh menjadi guru. Wujudnya guru pengganti semasa seorang guru cuti bersalin juga adalah satu sebab yang mendorong mereka mengatakan bahawa pekerjaan guru bukanlah satu pekerjaan yang profesional.

Berdasarkan pengalaman anda sila beri pandangan peribadi anda adakah jawatan guru layak dianggap sebagai jawatan profesional? Berikan alasan untuk memperkukuhkan jawapan anda.

Pada pandangan saya, jawatan guru memang layak dianggap satu pekerjaan profesional. Hal ini tidak boleh dipertikaikan lagi kerana, ciri-ciri pekerjaan ini banyak mengandungi ciri-ciri sebuah pekerjaan yang profesional. Mungkin sesetengah orang yang tidak terlibat dalam profesion ini menganggap pekerjaan ini tidak profesional kerana tugas guru hanya mengajar sahaja. Namun, sekiranya mereka terlibat secara langsung dalam pekerjaan ini, barulah mereka sedar bahawa seorang guru bukan hanya perlu mengajar, tetapi perlu juga melakukan banyak tugas lain yang bukannya senang untuk dilakukan oleh orang yang tidak berpengalaman.

Mengapakah sesetengah masyarakat tidak memandang pekerjaan guru sebagai profesional sedangkan mereka tidak tahu tugas guru sebenarnya? Pendek kata, tugas seorang guru bukan hanya mengajar semata-mata, malah boleh juga melakukan tugas-tugas golongan profesional yang lain, contohnya menjadi doktor, akauntan, eksekutif, hakim, polis, jurutera, kerani dan sebagainya.

Etika perguruan.

Etika ialah suatu sistem yang berkaitan dengan dasar akhlak dan tingkah laku bagi sesuatu kumpulan manusia atau organisasi. Sistem dasar ini meliputi aspek-aspek moral yang baik dan yang buruk, serta yang betul dan yang salah dengan tujuan memberi garis panduan kepada ahli-ahli berkenaan.

Dalam konteks perguruan, etika yang dipegang oleh Kementerian Pendidikan Malaysia ialah “Tatasusila Profesion Keguruan”. Etika tersebut menjadi garis panduan dan dasar yang harus dipatuhi oleh semua kakitangan perguruan. Seseorang yang melanggar etika tersebut akan dikenakan tindakan tatatertib dan dikenakan hukuman sewajarnya.

Hubungan penghayatan tatasusila dengan peningkatan taraf profesionalisme keguruan

Seperti mana sebuah kata-kata yang sering diungkapkan, “Segala sesuatu itu bermula daripada diri kita dulu”. Ungkapan tersebut akan menjelaskan hubungan penghayatan tatasusila dengan peningkatan taraf profesionalisme keguruan.

Terlebih dahulu, kita cuba memahami makna penghayatan tatasusila. Penghayatan tatasusila bermakna seseorang pendidik memahami dan mematuhi etika perguruan atau tatasusila yang telah ditetapkan oleh organisasi pendidikan. Maksudnya, jika seseorang itu memahami dan mematuhi segala peraturan yang termaktub dalam etika perguruan maka dia telahpun menghayati tatasusila tersebut.

Peningkatan taraf profesionalisme pula bermakna menaikkan atau meningkatkan martabat profesion keguruan khususnya di negara kita. Martabat yang tinggi akan menjadikan profesionalisme itu disanjung tinggi, mempunyai nilai dan berkualiti tinggi.

Perlu diingat, sekiranya kita hendak menaikkan taraf profesionalisme keguruan, diri kita sendiri haruslah telah bersedia terlebih dahulu. Kesediaan tersebut adalah dari segi memahami tanggungjawab sebenar seorang guru, mematuhi tatasusila dan sedia menerima segala perubahan. Sifat-sifat diri seperti itu yang wujud daripada pemahaman tatasusila akan melahirkan seorang guru yang berkualiti dan seterusnya dapat meningkatkan taraf profesionalisme keguruan.

Pembelajaran sepanjang hayat

Konsep pembelajaran sepanjang hayat atau lifelong learning bukanlah merupakan satu konsep yang baru dalam sistem pendidikan negara. “Belajar sepanjang hayat”, membawa makna: Kita harus sentiasa belajar sepanjang hidup kita dan yang paling penting sekali ialah pembelajaran mestilah melahirkan tindakan pro-kehidupan.

Pembelajaran sepanjang hayat dari segi konsepnya merangkumi pengertian yang begitu luas. Konsep ini merujuk kepada proses pendemokrasian pendidikan yang merangkumi program meningkatkan pengetahuan, kemahiran dan kompetensi sama ada secara formal di sekolah, pusat latihan vokasional, atau secara tidak formal berdasarkan pengalaman dan latihan di sekolah.

Pengalaman yang bersifat pengetahuan seperti ini tidak akan dapat dipelajari secara bentuk yang biasa, tidak juga secara formal dan latihan. Ia memerlukan pusingan yang berterusan mencipta, dissemination dan memahami erti perkongsian ilmu. Berdasarkan kepada pandangan di atas, pembelajaran sepanjang hayat dapat disimpulkan kepada proses seperti berikut:

Proses pembelajaran seseorang secara berterusan sama ada bagi tujuan meningkat kemahiran atau membangunkan kerjaya dalam sesuatu bidang pekerjaan pada masa sekarang, mahupun pada masa akan datang.

Proses pembelajaran seseorang bagi meningkatkan ilmu pengetahuan tidak akan berakhir apabila seseorang itu meninggalkan alam persekolahan, ia adalah proses sepanjang hayat.

Menghayati dan mengamalkan prinsip-prinsip pembelajaran sepanjang hayat.

Sebagai seorang pendidik, kita haruslah dilengkapi dengan ilmu pengetahuan yang dinamik. Oleh itu, setiap guru harus menerima dan menambahkan ilmunya melalui pembelajaran sepanjang hayat untuk disebarkan kepada para pelajar.

Guru harus memahami dan menghayati tugasnya sebagai guru yang menghendaki agar kita bertanggungjawab terhadap tugas-tugas lain selain daripada mengajar. Oleh itu, guru haruslah sentiasa belajar memahami tugas-tugasnya.

Guru juga perlu mengamalkan prinsip-prinsip pembelajaran sepanjang hayat agar sentiasa mempertingkatkan mutu kehidupan dan dapat membentuk individu yang berfikiran rasional, inovatif, kreatif dan mempunyai daya tahan fizikal dan mental.

Selain menjadi sumber maklumat kepada para pelajar, guru juga menjadi bahan rujukan rakan setugas dan ibu bapa. Oleh itu, mengamalkan prinsip pembelajaran sepanjang hayat akan menjadikan ilmu seseorang guru itu sentiasa dinamik.
Guru perlu mengamalkan pembelajaran sepanjang hayat agar dapat memahami budaya ilmu yang akan diterapkan kepada para pelajar.

Langkah yang boleh anda dan guru lakukan untuk mempertingkatkan tahap profesionalisme perguruan.

1. Kursus Peningkatan Profesionalisme Keguruan

o Kemahiran ikhtisas penting bagi setiap guru kerana itu mendorong dan membantu guru menyampaikan pengajaran kepada para pelajar.

o Bagi memperkembangkan kemahiran, guru boleh mengikuti kursus-kursus peningkatan profesionalisme yang dianjurkan oleh jabatan. Kursus-kursus tersebut termasuklah juga Kursus Dalam Perkhidmatan dan Kursus Dalaman.

2. Membuat penyelidikan dan penulisan

o Penyelidikan dan penulisan dalam pendidikan antaranya bertujuan untuk mencari kelemahan-kelemahan atau masalah yang terdapat dalam sistem pendidikan atau pengajaran seseorang guru.

o Contoh permasalahan yang boleh dikenalpasti dalam proses penyelidikan ialah, penggunaan bahan bantu pelajaran, strategi dan kaedah mengajar, pengurusan aktiviti berkumpulan, perancangan aktiviti pemulihan dalam pendidikan dan penyediaan lembaran kerja sebagai penilaian.

3. Usaha ke arah perkembangan kendiri

o Guru perlu meningkatkan perkembangan kendiri masing-masing. Perkembangan tersebut akan melibatkan pembentukan konsep kendiri seterusnya mempengaruhi cara kerja seseorang guru.

o Guru yang mempunyai konsep kendiri yang baik seperti yakin, bersikap terbuka, percaya dan mempunyai nilai-nilai diri yang baik akan membantu guru tersebut melaksanakan tanggungjawabnya dengan lebih berkesan. Ini seterusnya akan meningkatkan kualiti pengajaran seseorang guru.

4. Peka terhadap perkembangan pendidikan dan teknologi terkini

o Guru yang baik perlu melengkapkan diri dengan pelbagai ilmu pengetahuan dan kemahiran serta peka terhadap perkembangan pendidikan terkini. Mereka harus sentiasa memperkembangkan ilmu pengetahuan dari semasa ke semasa mengikut perkembangan zaman.

o Setiap guru juga perlu bersedia menerima sebarang perubahan sistem pendidikan agar pengetahuannya selari dengan keperluan masa kini.

5. Pembelajaran sepanjang hayat

o Pembelajaran sepanjang hayat membolehkan ilmu seseorang guru itu lebih dinamik.

o Ilmu pengetahuan akan membolehkan guru menyampaikan banyak maklumat kepada pelajar. Ini akan mewujudkan keyakinan dan kebolehpercayaan pelajar terhadap seseorang guru.

Akauntabiliti keguruan.

Akauntabiliti keguruan bermakna tanggungjawab yang harus difahami dan dilaksanakan oleh seseorang guru. Dalam erti kata yang lain, akauntabiliti keguruan membawa maksud tanggungjawab terhadap profesionalisme keguruan. Akauntabiliti atau tanggungjawab seorang guru yang dimaksudkan di atas merangkumi bidang pekerjaan, sekolah, tingkah laku, murid-murid dan profesion keguruan.

Hubungan akauntabiliti dengan peningkatan profesionalisme keguruan.

Memahami akauntabiliti bererti memahami tanggungjawab sebenar seseorang guru. Penghayatan akauntabiliti akan meningkatkan profesionalisme keguruan kerana semua guru akan menjalankan tanggungjawab dan tugas-tugasnya dengan penuh dedikasi.

Akauntabiliti atau tanggungjawab seorang guru yang merangkumi bidang pekerjaan, sekolah, tingkah laku, murid-murid dan profesion keguruan akan ditingkatkan sekiranya seseorang itu benar-benar menjalankan tanggungjawabnya sebagai seorang pendidik. Peningkatan dalam bidang tersebut melambangkan tingginya kualiti seseorang guru yang juga akan meningkatkan taraf profesionalisme keguruan khususnya di negara kita.

Pentingnya kesedaran akauntabiliti keguruan dihayati oleh semua guru.

Seperti yang telah dijelaskan sebelum ini, setiap guru perlu sedar akan tanggungjawabnya terhadap tugas agar mereka dapat melaksanakan tugas itu dengan bersungguh-sungguh dan dedikasi.

Pada pendapat saya, kesedaran terhadap akauntabiliti akan menjadikan seseorang guru itu lebih bertanggungjawab dalam menjalankan tugas yang telah diamanahkan kepadanya. Oleh itu, ia perlu dihayati oleh semua guru di negara ini. Sekiranya seseorang itu mengabaikan akauntabilitinya, maka ia tidak akan dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan baik dan akan gagal melahirkan insan pelajar yang benar-benar lengkap dari segi ilmu dan peribadi yang baik. Hal tersebut akan menjatuhkan martabat profesionalisme keguruan negara kita.